Musim hujan ialah waktu dimulainya masa menanam padi juga Ajeng sebagai mencari jodoh. Itulah nan terjadi di lelea Indramayu Jawa Barat. Peristiwa pencarian jodohitu disebut "ngarot". Puluhan jejaka juga mojang diarak keliling kota. Tujuannya ialah ketika berjalan bersama disana mau saling berkenalan juga balasannya menemukan jodoh.
Mengenal Ngarot Tradisi Dan Mistis Kota Indramayu
Asal mula ngarot
Ngarot di mulanya dikerjakan jadi syukuran para petani menjelang dikerjakannya masa tanam padi. Dilihatkan nya muda-mudi didalem tradisiitu jadi wujud re generasi Masyarakat agraris supaya disana terus melestarikan tradisi. Serampung muda-mudi diarak para sesepuh menyerahkan bibit padi juga alat bercocok tanam kepada disana.Tradisi Ini pertama kali dirintis Kuwu ( kepala desa red) lelea nan berjulukan Canggara wirena di 1686 . Pada mulanya upatutor itu belomdiperuntukkan jadi ajang pencarian jodoh. Seperti nan terjadi sekarang. Ngarot nan berdasarkan bahasa Sunda berarti "minum" merupakan tradisi minum juga makanyan di balai desa sebelum para petani mulai menggarap sawah. Tradisi itu dikerjakan jadi ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bercocok tanam.
Mistis seputar ngarot.
Yang menarik dari tradisi ngarot ialah selipan mistisnya. Mulai dari bunga nan digunakan di kepala hingga larangan terhadap duda juga janda nan ingin ikut perayaan ini. Bunga memang sengaja dipakaikan di kepala belum dewasa gadis lantaran dipercaya dapat menawarkan apakah disana masih perawan ataupun tidak. Bagi janda juga duda , janganlah coba-coba ikut serta didalem prosesi ngarot.Jika tersedia dari antara disana nan berani masuk didalem arak-arakan. Tulah siap menghampiri disana. Begitulah kepercayaan nan dipegang masyarakat. Sejak dulu upatutor Ini hanya boleh diikuti para cowok juga perawan. Para gadisnya menggunakan gunakanan nan indah dilengkapi pelengkap gemerlap menyerupai kalung gelang giwang bros peniti emas juga hiasan rambut.
Untuk memikat hati para perjaka. Kepala gadisitu juga ditaburi bunga warna warni menyerupai Kenanga Melati mawar juga kantil ( Cempaka putih ) . Sementara itu jejaka mengenakan baju pangsi ( sutra) warna hitam juga celana gombrang berwarna sama, lengkap dengan ikat kepala. Mereka berjalan mengikuti di belakang.
Bagi orang-orang nan rampung kehilangan keperawanan juga keperjakaannya . Ngarot merupakan upatutor nan paling dihindari. Kalau disana coba-coba jadinya penerima bukan hanya malu nan mau diterima, tapi juga malapetaka. Konon Jika seorang wanita tak perawan nekat mengikuti pawai arak-arakan ngarot bunga melati nan terselip di rambutnya mau mati layu seketika. Ya pastinya mau mendapat malu juga malu setengah mati.
Tulah sebagai kaum janda mau terjadi ketika ia bertatapan dengan seorang jejaka. Wajah si janda datang tiba mau jadinya buruk. Dengan sendirinya Iya tak mau mendapat pasangan. Hal nan sama mau terjadi dengan pria nan tak lagi perjaka. Menurut warga di sana semenjak tahun 1990 an hampir 80% berhasil mendapat pasangan hidup. Namun belakangan jumlah penerima Ngarot mulai menyusut. Remaja Lelea kelihatan rampung enggan mengikutinya. Tapi para orang bau tanah masih sangat percaya. Itu sebabnya disana selalu menyarankan anak-anaknya sebagai ikut apabila memang ingin mendapat jodoh warga orisinil Indramayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar